Seiring dengan dunia usaha yang berkembang
pesat, usaha jasa perdagangan ritel pun mengalami kemajuan yang pesat pula.
Jenis-jenis ritel baru pun mulai bermunculan di Indonesia. Di Yogyakarta
khususnya, bisnis ritel dapat dijumpai dimana-mana. Persaingan yang semakin
ketat ini membuat para pelaku bisnis ritel mulai sadar akan pentingnya
pemasaran, khususnya strategi pemasaran yang harus diambil untuk menghadapi
lingkungan bisnis. Sehubungan dengan itu, maka penulis mencoba membahas
permasalahan tersebut dengan mengambil subyek pada Citrouli Swalayan,
Yogyakarta.
Dengan mengangkat persoalan mengenai kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman dari Citrouli Swalayan, sehingga dapat
diketahui posisi bisnis saat ini dan strategi pemasarannya. Adapun judul
penelitian ini adalah "Analisa Strategi Pemasaran Citrouli Swalayan,
Yogyakarta" Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kekuatan
kelemahan dan peluang-hambatan Citrouli Swalayan, Yogyakarta dan untuk
mengevaluasi strategi pemasaran yang telah diterapkan serta untuk
memformulasikan strategi yang sebaiknya digunakan oleh Citrouli Swalayan untuk
menghadapi lingkungan bisnis di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan
dengan metode kuesioner. Data diperoleh dari hasil jawaban kuesioner danjuga
informasi yang diperoleh dari perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah
Matiks Daya Tarik Industri (MDTI) dan SWOT.
Kedua analisis tersebut berusaha untuk menunjukkan posisi unit bisnis pada saat ini dan alternatif strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak Citrouli Swalayan dalam MDTI berada pada posisi kekuatan bisnis yang tinggi dan daya tarik industri yang tinggi pula. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT Citrouli Swalayan berada dalam kuadran I yaitu merupakan situasi yang sangat menguntungkan, dimana stategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Sesuai dengan hasil analisis tersebut, maka implikasinya adalah bahwa Citrouli Swalayan harus dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi kulitas pelayanannya dan ciri khas yang dimiliki, serta lebih memperhatikan teknik visual dan display dalam penataan produk Selain itu Citrouli swalayan dapat meningkatkan kegiatan promosinya, terutama jenis promosi yang rendah biaya agar Citrouli Swalayan dapat terus berkembang dan siap menghadapi lingkungan bisnis di masayang akan datang. Kata kunci : Strategi Pemesaran, Faktor Internal, Faktor Eksternal MDTI SWOT.
Toko
citrouli swalayan merupakan swalayan serba ada semua peralatan anak sekolah
seprti pulpel, pengaris, buku, tas sekolah, seragam sekolah dan lain
sebagainya. Dari gambar diatas terdapat berbagai peralatan sekolah. Selama
pandemic ini jam buka swalayan ini pun tidak lagi 24 jam malainkan menjadi 21
jam saja dan semua orang yang ingin berbelanja di swalayan citrouli wajib
mencuci tangan terlebih dahulu dan melakukan tes suhu badan.
Pandemic ini jumlah pengunjung di swalayan citrouli ini
berkurang Pembatasan aktivitas sosial selama pandemi
Covid-19 berdampak terhadap berbagai lini usaha dan perekonomian. Salah satu
sektor usaha yang paling terdampak adalah bisnis ritel.
Tidak semua peritel mengalami kerugian atau terpuruk akibat
Covid-19. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan DBS Group, bisnis supermarket
dan minimarket menjadi segmen ritel paling diuntungkan selama pandemi Covid-19,
dan pelaksanaan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).Keuntungan diraih karena
saat pusat perbelanjaan modern dan banyak pertokoan harus tutup selama PSBB,
supermarket dan minimarket tetap bisa beroperasi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Keberadaan dua jenis toko ritel ini juga menjawab kebutuhan
warga yang tak bisa ke pasar tradisional lantaran PSBB atau takut tertular
Covid-19.Berdasarkan data DBS Group, hingga 2019 mayoritas warga Indonesia
masih lebih memilih berbelanja di pasar tradisional (70 persen) ketimbang
minimarket atau supermarket. Hanya ada 23 persen warga yang memilih belanja di
minimarket, dan 7 persen lainnya ke supermarket.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil observasi diatas jumlah konsumen yang
yang berbelanja di citrouli swalayan selama pandemic ini dibatasi demi mencegah
penyebaran virus covid-19 yang masih meneror masyarakat Indonesia. Keberadaan
dua jenis toko ritel ini juga menjawab kebutuhan warga yang tak bisa ke pasar
tradisional lantaran PSBB atau takut tertular Covid-19.Berdasarkan data DBS
Group, hingga 2019 mayoritas warga Indonesia masih lebih memilih berbelanja di
pasar tradisional (70 persen) ketimbang minimarket atau supermarket. Hanya ada
23 persen warga yang memilih belanja di minimarket, dan 7 persen lainnya ke
supermarket.