HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BERBELANJA DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT
A. PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Pada
jaman globalisasi yang serba ada ini, pola perilaku konsumtif adalah sebuah
kenyataan yang kerap kali melanda kehidupan masyarakat. Gaya hidup dan gaya
berpakaian manusia sekarang ini cepat sekali mengalami perubahan yang cukup
singkat, seperti contohnya dalam hal cara berpenampilan seseorang seringkali
berperilaku konsumtif dan sering mengeluarkan biaya yang banyak (mahal) karena
tidak lagi untuk tujuan demi mencukupi kebutuhan saja, akantetapi lebih
mengarah pada pemenuhan keinginan. Perkembangan kegiatan industri fashion di
seluruh belahan bumi terus mengalami perubahan dan peningkatan setiap tahunnya
yang diikuti dengan tren mode terbarunya. Dampak dari perkembangan fashion ini
otomatis membuat masyarakat mau tidak mau mengikuti gaya tren fashion terbaru,
bahkan sudah bukan hanya menjadi sebuah tren saja melainkan sudah menjadi
kebutuhan masyarakat modern untuk tampil stylish dan trendy.
Berbelanja
adalah suatu kegiatan yang sangat membahagiakan bagi beberapa orang untuk
dilakukan. Shopping lifestyle atau gaya hidup berbelanja adalah suatu kebiasaan
konsumen dalam membelikan sesuatu baik sebagian maupun keseluruhan uangnya agar
bisa mendapatkan berbagai produk yang dibutuhkan. Pada dasarnya berbelanja
merupakan membeli sebuah barang atau produk yang dibutuhkan, tetapi banyaknya
variasi dari beberapa produk membuat konsumen menghabiskan banyak waktu hanya
untuk membeli barang atau produk yang tidak dibutuhkan. Secara sosiologis,
fashion merupakan ekspresi dari daya tarik diri seseorang terhadap lingkungan
sosialnya. Menurut Pride & Ferrell (2010), gaya hidup berbelanja memiliki
hubungan yang kuat dalam berbagai aspek mengenai proses keputusan pembelian
pelanggan, bahkan sampai pada tahap evaluasi dalam pembelian sebuah produk. Fashion
biasanya dihubungkan dengan kata yang memiliki makna “kebutuhan pribadi”, hal
ini sering bersangkutan dengan kegiatan dan pembelian produk secara tidak
direncanakan sebelumnya (pembelian impulsif), keputusan pembelian konsumen biasanya
bersifat impulse buying yang dimana didasari sifat afektif pada perilaku
individu konsumen, perilaku tersebut dipengaruhi oleh suatu perasaan yang
timbul dalam keadaan tertentu. Menurut Hausman (2000) pembelian impulsif muncul
ketika suatu konsumen mengalami dorongan seketika, seringkali teguh serta kuat
dalam membeli sesuatu dengan sesegera mungkin. Fashion adalah suatu produk high
involvement dimana kemungkinan besar orang yang membeli produk fashion dalam
skala besar, kemungkinan akan melaksanakan pembelian impulsif terhadap produk
fashion dalam masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pam Danziger yang dimuat pada Women’s Wear Daily (WWD) 2016, dari kalangan masyarakat yang diperkirakan akan melakukan pembelian impulsif adalah dari generasi millennial, yang juga memiliki gaya hidup berbelanja (konsumtif), dimana pada saat berbelanja pada suatu toko, biasanya generasi millennial suka berbelanja demi mencukupi kebutuhan tidak pentingnya (hanya mencari sensasi / mode). Menurut data dari salah satu subsektor kelompok industri ekonomi kreatif yang dikeluarkan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada tahun 2017 dan data statistik Ekonomi Kreatif tahun 2017 bersama dengan Badan Pusat Statistik, industri fashion berada pada peringkat kedua dalam meningkatkan perekonomian Indonesia yakni sebesar 18,15%. Menurut Aquira (2019) mengatakan, bahwa perkembangan industri fashion yang sangat melesat, didorong oleh bermacam macam pihak, mulai dari pelaku usaha, desainer hingga Pemerintah Indonesia yang kerap menghadirkan acara atau event misalnya Indonesia Fashion Week dalam rangka memacu industri fashion mode di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara gaya hidup berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh masyarakat dan pengaruh ketertarikan fashion terhadap impulse buying. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: secara teoritis; dapat dijadikan acuan bagi penelitian penelitian sejenis untuk tahap selanjutnya, secara praktis; penelitian ini dapat digunakan untuk bisa menjadi landasan lebih mendalam untuk bisa memahami hubungan antara gaya hidup berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh masyarakat.
B. ANALISIS
DATA & HASIL PEMBAHASAN
I.
Karakteristik
Responden
Karakteristik responden merupakan pemberian
gambaran mengenai hal yang ingin diketahui dari keadaan diri / identitas
responden dalam menjadi sampel suatu penelitian. Menurut Sunatra (2006)
menyebutkan bahwa, tujuan dari dikemukakannya karakteristik responden adalah
supaya dapat memberikan gambaran mengenai keadaan responden yang
menjadi sampel dalam penelitian.
Pada
penelitian ini, karakteristik responden yang diteliti adalah berdasarkan jenis
kelamin, kelompok usia dan asal responden. Dari hasil penelitian, didapatkan
data karakteristik responden sebagai berikut:
a)
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel
1
Berikut ini adalah tabel hasil
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin yang dilakukan terhadap 40 orang
responden,
Jenis Kelamin |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
Laki Laki |
19 |
47.5 |
47.5 |
47.5 |
Perempuan |
21 |
52.5 |
52.5 |
100.0 |
|
Total |
40 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber:
Data diolah,
2021.
Berdasarkan
tabel diatas, penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak
19 responden dengan persentase 47,5% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 21
responden dengan persentase 52,5%, sehingga membuktikan bahwa responden
didominasi oleh kaum perempuan.
b)
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 2
Berikut ini adalah tabel hasil deskripsi responden
berdasarkan kelompok usia yang dilakukan terhadap 40 orang responden,
Usia Responden |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
> 14 tahun (14-19 tahun) |
10 |
25.0 |
25.0 |
25.0 |
> 19 tahun (20-24 tahun) |
24 |
60.0 |
60.0 |
85.0 |
|
> 24 tahun (25-29 tahun) |
3 |
7.5 |
7.5 |
92.5 |
|
> 29 tahun |
3 |
7.5 |
7.5 |
100.0 |
|
Total |
40 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2021.
Berdasarkan
data analisis pada tabel diatas menunjukkan bahwa, terdapat 4 kelompok usia
yaitu, kelompok usia > 14 tahun dengan rentang 14-19 tahun, kelompok usia
> 19 tahun dengan rentang 20-24 tahun, kelompok usia >24 tahun dengan
rentang 25-29 tahun dan kelompok usia terakhir adalah >29 tahun. Kelompok
usia > 14 tahun memiliki jumlah responden (frekuensi) 10 orang dan
persentase 25,0%, kelompok usia > 19 tahun memiliki jumlah responden
(frekuensi) 24 orang dan persentase 60,0%, sedangkan kelompok usia > 24
tahun & >29 memiliki jumlah responden (frekuensi) dan persentase yang
sama yakni 3 orang responden serta frekuensi 7,5%.
c)
Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Responden
Tabel 3
Berikut ini adalah tabel hasil deskripsi responden
berdasarkan asal responden yang dilakukan terhadap 40 orang responden,
Asal Responden |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
Bandung |
4 |
10.0 |
10.0 |
10.0 |
Bekasi |
1 |
2.5 |
2.5 |
12.5 |
|
Yogyakarta |
6 |
15.0 |
15.0 |
27.5 |
|
Jakarta |
4 |
10.0 |
10.0 |
37.5 |
|
Solo |
11 |
27.5 |
27.5 |
65.0 |
|
Lubuklinggau |
1 |
2.5 |
2.5 |
67.5 |
|
Magelang |
3 |
7.5 |
7.5 |
75.0 |
|
Padang |
1 |
2.5 |
2.5 |
77.5 |
|
Pati |
1 |
2.5 |
2.5 |
80.0 |
|
Sintang |
2 |
5.0 |
5.0 |
85.0 |
|
Makassar |
1 |
2.5 |
2.5 |
87.5 |
|
Tanjung Pinang |
1 |
2.5 |
2.5 |
90.0 |
|
Tegal |
2 |
5.0 |
5.0 |
95.0 |
|
Timika |
2 |
5.0 |
5.0 |
100.0 |
|
Total |
40 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber: Data diolah, 2021.
Berdasarkan data analisis pada tabel
diatas menunjukkan bahwa, terdapat 14 kota yang berbeda asal dari setiap masing
masing responden, responden terbanyak adalah responden yang berasal dari kota
Solo, yang ditunjukkan dengan jumlah frekuensi 11 orang dan persentase 27,5%.
II.
Hubungan
Antara Gaya Hidup Berbelanja Dengan Perilaku Pembelian Impulsif Produk Fashion
Yang Dilakukan Oleh Masyarakat
Berdasarkan
data yang telah terkumpul, dapat diuraikan menjadi suatu analisis penting
bahwa, variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah adalah Intensitas
Gaya Hidup Berbelanja dan variabel dependen (Y) adalah Perilaku Pembelian
Impulsif, sehingga dalam analisis tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah adanya
hubungan antara kedua variabel tersebut dan mengetahui gambaran mengenai
tingkat ketinggian terkait hubungan antar kedua variabel tersebut. Berikut ini
adalah beberapa uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: uji
validitas, uji reliabilitas, dan uji korelasi menggunakan korelasi Pearson r
dan korelasi peringkat Spearman.
Uji
Validitas & Uji Reliabilitas antara variabel intensitas gaya hidup
berbelanja dan perilaku pembelian impulsif, berikut adalah:
Uji
Validitas
Case Processing
Summary |
|||
|
N |
% |
|
Cases |
Valid |
40 |
100.0 |
Excludeda |
0 |
.0 |
|
Total |
40 |
100.0 |
|
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. |
Pada
tabel Case Processing Summary diatas, dapat dilihat baris Cases Valid yang
menyatakan bahwa, pada bagian N, jumlah responden pada penelitian ini terdapat
40 responden yang menjawab dan pada bagian persentase menunjukkan 100%, oleh
karena itu, data pada penelitian ini dikatakan valid dan tidak terdapat
responden yang masuk dalam daftar excluded.
Uji Reliabilitas
Variabel
X
Reliability Statistics |
|
Cronbach's
Alpha |
N of
Items |
.682 |
7 |
Variabel Y Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.641 |
5 |
Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan terhadap 40 orang responden, dari dua variabel yaitu; Variabel X dengan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,682 dan Variabel Y dengan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,641. Untuk mengetahui apakah data tersebut reliabel atau tidak maka, diperlukan perhitungan bahwa r hitung harus lebih besar dari r tabel signifikansi 5%,
Sumber: repository.upi.edu, 2021.
Berdasarkan data pada r tabel
diatas, ditemukan nilai signifikan 5% dengan jumlah sampel 40 memiliki angka
0,312, sedangkan nilai r hitung pada kedua variabel ini diatas 0,6xx, (r hitung
> r tabel), sehingga data tersebut dapat dikatakan reliabel.
Variabel |
CRONBACH ALPHA |
Keterangan |
Intensitas Gaya Hidup Berbelanja |
0,682 |
Reliabel |
Perilaku Pembelian Impulsif |
0,641 |
Reliabel |
Sumber: Data diolah, 2021.
Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 40 responden, antara dua variabel yakni Variabel X dengan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,682 sehingga dikatakan reliabel dan Variabel Y dengan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,641 sehingga dikatakan reliabel.
Uji
Korelasi antara variabel intensitas gaya hidup berbelanja dan perilaku
pembelian impulsif, berikut adalah:
H0:
Tidak ada hubungan antara intensitas
gaya hidup berbelanja dan perilaku pembelian impulsif
H1:
Ada hubungan antara variabel intensitas gaya hidup berbelanja dan perilaku
pembelian impulsif
Uji Korelasi Pearson r
Correlations |
|||
|
Total
X |
Total
Y |
|
Total X |
Pearson Correlation |
1 |
.745** |
Sig. (2-tailed) |
|
.000 |
|
N |
40 |
40 |
|
Total Y |
Pearson Correlation |
.745** |
1 |
Sig. (2-tailed) |
.000 |
|
|
N |
40 |
40 |
|
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
Sumber:
Data diolah,
2021.
Dari
tabel diatas diperoleh data bahwa nilai signifikansi jumlah uji korelasi
pearson r, diketahui nilai Sig. (2-tailed) antara Variabel X dengan Variabel Y
adalah sebesar 0,000, sedangkan taraf signifikan yang digunakan adalah taraf
signifikansi 5% atau 0,05. Maka 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi
yang signifikan antara kedua variabel.
Diketahui
nilai r hitung untuk hubungan antara variabel (X) intensitas gaya hidup
berbelanja dengan variabel (Y) perilaku pembelian impulsif ialah sebesar 0,745,
sedangkan nilai r tabel untuk sampel 40 adalah 0,312, maka 0,745 > r tabel
0,312. Maka dapat disimpulkan, terdapat korelasi antara Variabel X dan Variabel
Y.
Karena
r hitung pada analisis Pearson Correlation ini bernilai positif, maka Ho
ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dikatakan hubungan kedua variabel
tersebut memiliki hubungan positif yang searah (jenis hubungan searah) dan
bergerak kearah yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa, semakin meningkat
intensitas gaya hidup berbelanja terhadap produk fashion maka semakin meningkat
pula pembelian impulsif pada kehidupan masyarakat.
Uji Korelasi Spearman
Nonparametric
Correlations
Correlations |
||||
|
Total
X |
Total
Y |
||
Spearman's rho |
Total X |
Correlation Coefficient |
1.000 |
.710** |
Sig. (2-tailed) |
. |
.000 |
||
N |
40 |
40 |
||
Total Y |
Correlation Coefficient |
.710** |
1.000 |
|
Sig. (2-tailed) |
.000 |
. |
||
N |
40 |
40 |
||
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber:
Data diolah, 2021.
|
Berdasarkan
data pada output SPSS diatas, diperoleh Correlation Coefficient sebesar 0,710,
yang dimana memiliki arti, variabel intensitas gaya hidup berbelanja memiliki
korelasi dan kekuatan hubungan yang sangat kuat terhadap variabel perilaku
pembelian impulsif.
Nilai
signifikansi / Sig. (2-tailed) pada data diatas sebesar 0,000. Karena nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil (<) dari 0,05 atau 0,001, maka
terdapat hubungan yang signifikan antara Variabel X dengan Variabel Y.
Pada correlation coefficient hasil diatas, menunjukkan nilai positif, sehingga hubungan kedua variabel memiliki korelasi positif dan korelasi positif memiliki hubungan yang searah (jenis hubungan searah) dan bergerak kearah yang sama, oleh karena hal itu intensitas gaya hidup berbelanja meningkat maka pembelian impulsif produk fashion juga akan meningkat.
C. Kesimpulan
Penelitian
ini mempunyai fokus penelitian mengenai hubungan antara gaya hidup berbelanja
dengan perilaku pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh
masyarakat (pelajar, mahasiswa, pekerja, dll). Terdapat dua variabel yang
dikaji dalam penelitian ini, dimana variabel dependen adalah intensitas gaya
hidup berbelanja dan variabel independen adalah perilaku pembelian impulsif,
variabel dependen berperan sebagai variabel X yang mempengaruhi variabel Y yang
berperan sebagai variabel independen. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan, terdapat adanya hubungan antara gaya hidup berbelanja dengan
perilaku pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh masyarakat, jika
sudah terdapat hubungan maka dapat dikatakan kedua variabel memiliki korelasi
yang sangat signifikan. Semakin tingginya tingkat intensitas gaya hidup
berbelanja maka terdapat pengaruh yang menyebabkan semakin tinggi pula
perilaku pembelian impulsif pada produk fashion yang dilakukan oleh masyarakat.